Aljazair IndoTimeNews.com – Ketua DPR RI Puan Maharani berbicara di forum Parliamentary Union of the Organisation of Islamic Cooperation (OIC) atau Konferensi Persatuan Parlemen Negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ke-17 yang digelar di Aljazair. Puan pun menyinggung soal isu Palestina dan partisipasi perempuan bagi negara-negara Islam.
Sesi ke-17 Konferensi Persatuan Parlementer Negara Anggota OKI atau PUIC digelar di International Conference Center (ICC), Aljazair, Senin (30/1/2022). Forum ini dihadiri 40 parlemen negara-negara OKI, termasuk perwakilan dari Palestina.
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya senang berada di sini, di antara pemimpin-pemimpin parlemen negara-negara Muslim,” kata Puan mengawali pidatonya di PUIC ke-17.
Perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu pun mengapresiasi parlemen Aljazair yang menjadi tuan rumah dalam forum PUIC kali ini. Puan memuji parlemen Aljazair yang menyelenggarakan PUIC ke-17 dengan sangat baik.
“Saya juga harus memberikan penghargaan tertinggi saya kepada Parlemen Aljazair atas keramahannya, dan penyelenggaraan Konferensi yang sangat baik,” ungkapnya.
Puan kemudian berbicara soal tantangan global yang harus diatasi bersama oleh negara-negara Muslim. Mulai dari perang yang berkepanjangan, kerawanan energi dan air, inflasi yang tinggi, hingga meningkatnya ancaman perubahan iklim.
“Krisis telah menjadi normal baru. Semuanya berlangsung tanpa jeda, saling terkait dan lebih rumit, menghancurkan yang paling membutuhkan, negara miskin, dan negara berkembang,” ucapnya.
“Hampir semua negara sangat menderita, sementara dampak pandemi terus berlanjut,” sambung Puan.
Ditambahkannya, perang yang belum terselesaikan di Ukraina membawa dunia pada risiko tinggi. Terutama, kata Puan, untuk mengintensifkan persaingan antara kekuatan besar.
“Ketika kita melihat beberapa negara Muslim, situasinya bahkan lebih mengerikan. Negara-negara ini telah terjebak selama bertahun-tahun dalam konflik kekerasan yang dipicu oleh perselisihan politik yang belum terselesaikan,” sebut mantan Menko PMK itu.
Puan kemudian menyinggung soal isu Palestina, mengingat belum banyak perkembangan positif. Belum lagi, kekerasan di Palestina masih terus ada.
“Kondisi di lapangan tidak banyak berubah. Kekerasan, dan berbagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia terus terjadi di Palestina,” papar Puan.
“Tidak ada tanda-tanda harapan akan berdirinya negara Palestina yang telah dijanjikan oleh dunia internasional,” imbuhnya.
Puan juga berbicara soal situasi yang terjadi pada beberapa umat Islam yang tinggal di belahan dunia lain, termasuk dengan adanya sejumlah aksi penindasan.
“Kita sangat menyesal menyaksikan perpecahan yang berkepanjangan di antara negara-negara Muslim alih-alih bahu-membahu demi kepentingan bersama umat,” tukas Puan.
“Situasi ini membawa negara-negara Muslim ke dalam kemunduran modernisasi dan pembangunan yang lebih dalam. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana kita menanggapi tantangan negara-negara Muslim saat ini?” sambungnya.
Menurut Puan, reformasi politik di negara-negara Muslim merupakan pendorong yang menentukan bagi perubahan mendasar menuju perbaikan lebih lanjut. Reformasi semacam itu-lah yang dinilai memiliki dampak kuat untuk membuat kemajuan negara-negara Muslim.
“Negara-negara Muslim perlu menegakkan supremasi hukum, pemerintahan yang baik, keadilan, hak asasi manusia dan menjamin inklusivitas dalam menjalankan pemerintahan,” tegas Puan.
Cucu Bung Karno ini menyebut, parlemen harus memastikan bahwa pemerintah benar-benar mewakili kepentingan rakyat. Puan mengingatkan, suara rakyat harus didengar dan diperhitungkan.
“Indonesia, sebagai negara demokrasi berpenduduk terbesar ketiga di dunia dan negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, telah menunjukkan bahwa Islam, demokrasi, kemajuan ekonomi, dan modernisasi dapat berjalan seiring,” urainya.
Lebih lanjut, negara-negara Muslim dinilai harus bisa mempromosikan kolaborasi dan solidaritas yang lebih besar. Hal ini demi kepentingan bersama untuk menciptakan perdamaian dan kemakmuran di negara-negara Muslim dan di dunia.
“Saat dunia dihadapkan pada tantangan yang kompleks dan multidimensi, negara-negara Muslim harus menjadi yang terdepan dalam memajukan kerja sama global. Kita harus menentang kekerasan dan perang sebagai solusi perselisihan politik,” kata Puan.
Tak hanya itu, menurut Puan, negara-negara Muslim dianggap perlu meningkatkan kerja sama di tengah berbagai tantangan global yang ada saat ini.
“Bukan malah terlibat persaingan kekuatan-kekuatan besar,” ucap peraih dua gelar Doktor Honoris itu.
Puan mengatakan, negara-negara Muslim harus berkontribusi untuk memperluas kemitraan global yang dapat membuka jalan untuk membangun kepercayaan antar negara.
“Dan sangat penting untuk berinvestasi dalam pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan. Kita harus meningkatkan kualitas pendidikan di negara-negara Muslim,” sebut Puan.
Di sisi lain, para pemimpin dunia dinilai perlu memberi kesempatan kepada generasi muda untuk mengakses pendidikan tinggi dan pelatihan keterampilan. Hal tersebut, jelas Puan, akan menjadi pintu gerbang menuju teknologi canggih.
“Pendidikan adalah investasi masa depan. Kita jangan hanya mengandalkan sumber daya alam sebagai basis pembangunan ekonomi kita. Masa depan kita akan ditentukan oleh kemampuan kita merangkul ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujarnya.
Selain investasi pendidikan untuk generasi muda, Puan menilai negara-negara Islam perlu meningkatkan partisipasi perempuan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk di bidang politik.
“Kita harus menunjukkan bahwa perempuan bisa unggul dalam komunitas Muslim. Saya sebagai Ketua DPR RI, mewakili kemajuan perempuan di negara saya, negara mayoritas muslim terbesar,” tegas Puan.
Puan mengatakan, kemajuan di negara-negara Muslim akan sangat dipengaruhi oleh kesediaan pemimpin untuk memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk berkontribusi dalam proses pembangunan.
“Untuk mencapai modernisasi dan kemajuan pembangunan, perempuan sangat penting, karena mereka merupakan setengah dari populasi dunia,” ucapnya.
Pada forum PUIC, Puan juga berbicara mengenai tantangan jangka panjang negara-negara Muslim selama beberapa dekade ini. Salah satunya perpecahan yang membuat negara-negara Muslim tidak berdaya di pentas global.
Oleh karenanya, Puan menekankan pentingnya negara-negara Muslim bersatu agar dapat memainkan peran yang sangat strategis dalam mengatasi tantangan global. Termasuk menciptakan perdamaian, meningkatkan taraf hidup, dan mengurangi emisi.
“Negara-negara Muslim seharusnya tidak menjadi bagian dari masalah. Kita harus menjadi bagian dari solusi. Itu adalah manifestasi dari Islam rahmatan lil ālamīn, rahmat bagi alam semesta,” ucap Puan.
“Saya ingin, sekarang, mengakhiri pidato saya dengan meminta Negara Anggota PUIC untuk bersatu dalam menghadapi besarnya tantangan saat ini. Mari kita bekerja sama untuk memperkuat solidaritas di antara umat Islam dan membuat konferensi ini berkontribusi pada persatuan dunia Islam,” sambungnya.
Pidato Puan pun mendapat sambutan hangat dari anggota parlemen-parlemen OKI. Bahkan Puan mendapatkan tepuk tangan meriah di forum PUIC ke-17.
(Libertus)