Tutuh Nya Tiop, Akal Nya Midop
Oleh: Paulus, S.Sos.
Sekretaris DAD Kecamatan Kembayan dan Ketua Komisi 4 DPRD Kabupaten Sanggau
Sanggau, IndoTimeNews.com – Gawai Adat Dayak, perayaan tahunan masyarakat Dayak di Kabupaten Sanggau, merupakan ungkapan rasa syukur atas hasil panen padi sekaligus simbol kebersamaan dan identitas budaya. Tradisi ini bukan hanya sekadar upacara adat, namun juga merupakan potensi besar sebagai aset budaya non-fisik dan daya tarik wisata yang mampu mendukung pelestarian budaya serta pertumbuhan ekonomi lokal.
Makna dan Pelaksanaan Gawai
Setiap kampung memiliki kekhasan tersendiri dalam pelaksanaan Gawai, namun inti dari perayaan ini seragam: rasa syukur atas hasil panen dan ajang silaturahmi antarwarga. Pada momen ini, setiap rumah terbuka bagi siapa saja. Lemang dan tuak (borap atau cikau) disajikan kepada para tamu, tanpa memandang latar belakang.
Dulu, tradisi timparo atau langka menjadi pusat kegiatan: tempat berkumpulnya warga untuk membawa makanan seperti nasi tungkus, telur rebus, dan ayam panggang. Makanan ini dikumpulkan, dijaga oleh pengurus kampung, dan dibagikan setelah doa adat atau doa bersama sesuai agama.
Berbagai hiburan seperti tarian, nyanyian, dan joget bersama dengan iringan musik tradisional turut memeriahkan suasana, dengan tetap menjaga ketertiban sesuai aturan adat. Suara meriam bambu, yang kini mulai memudar, dahulu menjadi penanda Gawai yang ditunggu-tunggu, terutama oleh anak-anak yang mengenakan pakaian baru. Gawai juga menjadi ajang silaturahmi dan perkenalan pemuda-pemudi, terutama ketika akses transportasi masih terbatas.
Tantangan di Era Modern
Pada masa lalu, Gawai diadakan secara bergiliran antar kampung, sehingga memungkinkan saling berkunjung. Namun kini, kehidupan yang semakin kompleks dan kemudahan komunikasi menjadikan pelaksanaan Gawai yang berlangsung berhari-hari dianggap kurang efisien, mengganggu aktivitas masyarakat, dan menambah beban biaya.
Solusi yang dapat diambil adalah penyelenggaraan Gawai secara serentak di tingkat kecamatan atau desa. Cara ini tetap mempertahankan nilai budaya namun lebih efisien dan sesuai dengan dinamika kehidupan modern.
Pelestarian, Wisata Budaya, dan Peran Pemerintah
Gawai merupakan warisan budaya yang perlu dilestarikan sekaligus dikembangkan sebagai objek wisata budaya. Hal ini akan menarik wisatawan, mendukung ekonomi lokal, dan memperkuat identitas Dayak. Untuk itu, dukungan pemerintah sangat dibutuhkan, antara lain melalui penerbitan Peraturan Daerah (Perda) tentang Gawai Adat sebagai payung hukum bagi pelestarian, promosi, dan penyelenggaraan Gawai secara terkoordinasi.
Perda ini dapat mengatur waktu pelaksanaan serentak, alokasi anggaran kegiatan seremonial, serta strategi promosi wisata budaya. Dengan demikian, nilai adat tetap terjaga, sementara manfaat ekonomi dan sosial turut dirasakan masyarakat.
Peran Dewan Adat Dayak (DAD)
DAD Kabupaten Sanggau memiliki peran strategis dalam mengajak masyarakat untuk memperbaiki dan memuliakan pelaksanaan Gawai. Tradisi timparo misalnya, perlu terus dihidupkan sebagai sarana edukasi kepada generasi muda tentang makna sejati Gawai, bukan sekadar perayaan semata.
Hiburan berbasis tarian dan musik tradisional Dayak juga dapat diperkuat, bahkan dimodifikasi secara kreatif dan dipromosikan melalui media digital agar lebih menarik di era modern. Perpaduan tradisi dan inovasi inilah yang menjadi kunci keberlanjutan Gawai.
Komitmen sebagai Anggota DPRD
Sebagai Ketua Komisi 4 DPRD Kabupaten Sanggau, saya berkomitmen untuk:
-Menginisiasi dan mendorong Perda Gawai Adat.
-Mengalokasikan anggaran pelestarian budaya.
-Mempromosikan Gawai sebagai destinasi wisata budaya.
Saya juga mendorong kolaborasi antara pemerintah, DAD, dan masyarakat untuk menjaga agar Gawai tetap relevan, bermartabat, dan menjadi kebanggaan budaya Dayak baik di tingkat nasional maupun internasional.
Penutup
Gawai Adat Dayak di Kabupaten Sanggau adalah warisan budaya yang sarat makna, mewakili rasa syukur, kebersamaan, dan identitas. Dengan sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan lembaga adat, serta dukungan regulasi dan inovasi promosi, Gawai dapat terus lestari sebagai aset budaya sekaligus wisata yang membanggakan, relevan dengan zaman, dan mempererat persaudaraan Dayak lintas generasi.