Malang, Jawa Timur, IndoTimeNews.com – Di tengah maraknya dukungan sponsor dan bantuan donatur dalam kegiatan keagamaan, sosok Gus Idris Al-Marbawy menunjukkan keteladanan yang langka. Pendakwah kharismatik asal Kabupaten Malang ini memilih untuk membiayai sebagian besar kegiatan dakwahnya dengan dana pribadi, tanpa bergantung pada bantuan pemerintah maupun lembaga mana pun.
Keputusan tersebut bukan hal baru bagi Gus Idris. Sejak awal perjalanan dakwahnya, ia terbiasa menggunakan hasil usaha pribadi untuk membiayai operasional majelis, kebutuhan logistik santri, pembangunan pesantren, hingga bantuan sosial bagi masyarakat yang membutuhkan.
“Dakwah adalah ibadah. Dan saya tidak ingin ibadah ini dikaitkan dengan syarat-syarat dunia. Apa pun yang saya miliki, jika untuk agama Allah, akan saya serahkan tanpa pikir panjang,” ungkap Gus Idris dalam salah satu pengajian terbuka.
Bersumber dari Usaha Mandiri
Selain sebagai ulama, Gus Idris juga dikenal sebagai pengusaha mandiri. Usaha yang ia kelola, mulai dari pertanian, peternakan, hingga bisnis herbal, menjadi sumber utama pendanaan berbagai kegiatan dakwah.
Menurut para santrinya, dalam kondisi mendesak, Gus Idris bahkan tidak ragu menjual barang-barang pribadi demi keberlangsungan kegiatan keagamaan.
“Pernah beliau menjual mobil pribadinya agar acara Maulid tetap berjalan tanpa membebani jamaah,” ujar salah satu santri senior.
Dalam beberapa kesempatan, pihak keluarga juga ikut merasakan dampaknya. Tidak jarang, kebutuhan pribadi harus dikorbankan demi kelangsungan dakwah. Ketulusan dan pengorbanan ini menjadi cermin bahwa dakwah bukan sekadar aktivitas seremonial, tetapi bagian dari pengabdian total.
Menjaga Keikhlasan Jamaah
Gus Idris juga dikenal enggan mengedarkan kotak donasi dalam setiap majelis pengajiannya. Ia berkomitmen menjaga suasana majelis tetap murni sebagai tempat mencari ilmu, bukan ajang pengumpulan dana.
“Kalau ada yang ingin menyumbang, silakan. Tapi jangan sampai orang-orang kecil merasa malu datang ke majelis hanya karena tidak membawa uang,” tegasnya.
Dakwah Bukan Jalan Mencari Keuntungan
Di tengah arus komersialisasi dakwah, Gus Idris terus menegaskan bahwa tujuan utama berdakwah adalah mencari ridha Allah, bukan keuntungan duniawi.
“Jangan takut miskin karena berdakwah. Takutlah jika dakwah kita tidak lagi karena Allah,” pesan beliau yang kerap disampaikan kepada para murid dan dai muda.
Teladan Pengorbanan Nyata
Langkah Gus Idris dalam membiayai dakwah dari kantong pribadi menjadi bukti nyata bahwa kekuatan dakwah bukan terletak pada besarnya dana, melainkan pada ketulusan, keberanian, dan cinta yang tulus kepada umat.
Ia bukan hanya menyampaikan nilai-nilai pengorbanan, tetapi juga menjalani dan mencontohkannya secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Keteladanan ini menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk kembali memurnikan niat dalam berjuang di jalan agama.